Ampiang Badadiah

Katonyo Lidah Indak Batulang
Daging Kabau Lamak Dirandang
Ampiang Badadiah di Padang Panjang
Di Ambo Lamak Antah dek Urang

Dadiah? Familiar?

Lebaran kemarin, AR diajak Anih mampir di Restoran AMPIANG BADADIAH. Cendol dikasi Ampiang (Beras Ketan yang digepengkan biji perbiji), AR sudah sering melahapnya dan yang paling sering di Cendol Pattimura dekat Rumah Sakit Salaguri Padang. Cendol Minang yang belum ada tandingannya, hanya bergerobak tapi karyawan ada berlima sakali tagak (baca: ketika buka). Kalian belum ke Padang kalau belum coba Es Cendol Pattimura, yang asli ya. Slurp it, Memorize it!!! Lanjutkan membaca “Ampiang Badadiah”

Rio, Pertamina, dan Orang Kaya Bodoh

“Kalau indak ado urang kayo andir, indak bakal berkembang indang di kampung”, begitulah statement ninik mamak (sesepuh.red) kemarin.

Urang Kayo Andir (baca: Urang Kayo Andia) atau Orang Kaya Bodoh adalah panggilan sayang untuk donatur di Piaman (Pariaman.red). Kurang lebih seperti ini definisinya: Urang Kayo Andir adalah orang kaya yang senang menyumbangkan dana pribadinya untuk urusan yang tak membawa maslahat secara signifikan kepada dirinya (biasanya donasi di bidang seni & olahraga untuk hiburan rakyat), misal: sumbangan untuk kelompok seni indang, sumbangan untuk Tim Sepakbola Kampung, dan lain sebagainya.

image

(Sumber foto dari sini) Lanjutkan membaca “Rio, Pertamina, dan Orang Kaya Bodoh”

Los Lambung dan Kaki di Atas Meja

Baru kemarin rasanya menikmati sepiring katupek gulai tunjang (ketupat gulai tunjang) di Los Lambung (catatan: agar “lambung” dibaca dengan langgam Minang, akan terdengar seperti lambuang. Kalau tak mirip, tak dosa) Pasar Kurai Taji Kota Pariaman, tak terasa Ramadhan akan segera tiba. Entah kawan semua, AR merasa waktu semakin cepat berlalu.

image
Katupek Tunjang

Lanjutkan membaca “Los Lambung dan Kaki di Atas Meja”

Uang Japuik, sebuah Cerita

“Bara japuiknyo (Berapa uang jemputannya) ?, “Dibeli berapa kamu?”, “Mahal dong harga loe?”.

Itulah beberapa kalimat tanya yang sering AR dengar ketika mengobrol bersama kawan baru. Begitu melekatnya adat bajapuik sehingga kalimat tanya di atas akan meluncur pada detik pertama setelah mereka tahu AR dari Pariaman.

Lanjutkan membaca “Uang Japuik, sebuah Cerita”

Penyakit Ababil Nomor 5: STANDAR GANDA

Sakit Gila Nomor 5, ada yang pernah mendengar atau membaca kalimat ini? Kalau ini bagaimana:
“Menekankan belahan bola tennis sebagai alat bekam ke dada sehingga dada menonjol dan bidang” (daftar sakit gila dapat kawan-kawan lihat di sini). AR yakin mayoritas pembaca setia blog ini adalah pembaca novel fenomenal, LASKAR PELANGI. Bang Andrea, kupinjam dan kumodifikasi sedikit istilah sakit gilamu itu ya ^_^.

Penyakit Ababil Nomor 5 : STANDAR GANDA. Apakah kawan-kawan sekalian sudah membaca secara runut cerbung (cerita bersambung.red) AR yang berjudul “STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika kan?”? Kalau belum, silahkan di baca dulu dari episode 1 s.d. episode 4 agar tak bingung membaca tulisan ini.
Lanjutkan membaca “Penyakit Ababil Nomor 5: STANDAR GANDA”

STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika kan? (Episode 4: The Final Answer)

Episode yang lalu:

“…. Anak-anak, bapak mohon maaf karena ada ralat soal. Waktu ujian akan ditambah 25 menit lagi.” Pak Acen pun menuliskan pilihan jawaban yang benar. Tak ada kata terlambat untuk meralat soal seperti halnya tak ada kata terlambat untuk bertobat (kecuali fir’aun la’natullah)….”
_________________________________

“Asem, jabatan kapten gw masih diotak-atik padahal tinggal sebulan lagi, si Cantika bisa minta putus klo gini,” Danar tak ingin jadi jomblo karena adek kelas seksi itu tak bisa membangga-banggakan lagi keKaptenannya ke seantero negeri. Cantika adalah adek kelas yang selalu Danar harapkan muncul di hari pertamanya jadi senior: cantik sesuai namanya, body seksi bak gitar spanyol, baju ketat bahkan saat akan sholat ke Masjid Kampus (Danar mulai memutuskan membodohi gadis seksi ini ketika melihat tubuh cantika dibalut celana tipis dan sesek, orang-orang menyebutnya “leging (“g” disuarakan seperti “j”. Seharusnya leging ini hanya kalian pakai di dalam kamar bersama Suamimu tercinta, hai wanita!!!), dan culun a.k.a lemot. Ketika manusia dalam kondisi sulit maka dia akan selalu ingat Sang Pencipta, bahkan bila atheis sekalipun. Danar mulai merapal seluruh do’a dan ayat Al Qur’an yang dihapalnya sambil meminta kepada Allah SWT agar memberikannya petunjuk. Kalaupun tak diberi petunjuk, keberuntungan sudah cukup untuknya.

Lanjutkan membaca “STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika kan? (Episode 4: The Final Answer)”

STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika kan? (Episode 3: Ralat yang Tak Pernah Terlambat)

Episode yang lalu:

“….Khusus kau Danar, ban Kapten Basket akan berpindah ke orang lain jika kau tak menjawab dengan benar. Satu bulan lagi ban Kapten itu seharusnya masih jadi milikmu tapi akan bapak evaluasi untuk perlombaan besok. Bapak butuh Kapten yang lebih baik darimu, kalian sudah terlalu sering tidak juara dan perlombaan besok adalah yang terakhir untuk angkatan tiga”, Pak Acen berhenti di meja Danar sambil memegang pundaknya….”
______________________________

Ada suara ketokan pintu, siapa yang senekat ini mengganggu jalan ujian di ruangan kelas Pak Acen. Kalau tak ada hal darurat, sudah pasti akan disemprot yang sedang berdiri di belakang pintu itu. Tak ada yang boleh mengganggu ketenangan ujian, gorden biru yang bahannya sangat mirip dengan bahan Baju Pesiar siswa itu pun melaksanakan tugasnya.
Lanjutkan membaca “STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika kan? (Episode 3: Ralat yang Tak Pernah Terlambat)”

STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika Kan? (Episode 2)

Episode yang lalu:
[…“Bangun tukang molor”, guru itu membangunkan Danar sambil menyentuh tangannya dibantu air sedingin es | “An**** apain neh”, Danar menunjukkan betapa gaulnya dia dengan kosa kata yang biasa dipakai di terminal Leuwi Panjang | “Eits, push up satu seri, cepat” | “Aya naon iye?”, Danar menjawab dengan pipi kanannya yang masih merah karena mengukur meja. “Sory Pak, saya ga sengaja”, Danar pun memompa bumi sepuluh kali….]
Selengkapnya di sini

__________________________________

“Klo emang dah kelar, dikumpulin atuh, jgn molor di kelas. Udah seger sekarang kan?”. “Belum slesai keles, sory pak. Aduh mulut gw. Abdi nggeus nyerah pak, tanding basket wae lah”, Danar makin salah tingkah dengan jawabannya barusan. Tidur itu bisa menjadi solusi sementara ketika persoalan menghimpit bertubi-tubi tapi hanya sementara, persoalan akan langsung menyergap otak kita seperti anjing kelaparan ketika pak guru membangunkanmu. “Salah satu nikmat penghuni Kampus Biru ini yaitu dimudahkannya tidur di dalam kelas, apalagi gw adalah Kapten Tim Basket yang super sibuk”, pikiran Danar pun mulai melayang ke Lapangan Basket. Dengan tinggi 178 centimeter, berat badan 75 kilogram, perut six pack, wajah tirus mulus sampai lalat pun terpeleset karena mencoba mendarat, tak salah Danar terpilih sebagai Jajaka Angkatan 3 tahun kemarin. Budaya hedonis telah merasuk bahkan ke dalam Kampus yang damai dan menentramkan ini.

Lanjutkan membaca “STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika Kan? (Episode 2)”

STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika kan? (Episode 1)

Anak-anak SMA kelas 12 itu kini sedang menghadapi ujian yg aneh bin membingungkan. Hanya ada satu soal di kertas yang kualitasnya ga jauh beda dengan kertas minyak anti jerawat, mudah sobek dan aromanya menusuk hidung. Mungkin kualitas kertas soal seburuk itu sih tak begitu bermasalah seperti tipisnya lembar jawaban komputer dalam Ujian Nasional tahun lalu, semoga ada perbaikan tahun ini.

Lanjutkan membaca “STANDAR GANDA: Ini Ujian Matematika kan? (Episode 1)”

It’s me, AR ^_^

Sejak memutuskan kembali menulis di blog, ane mencoba mencari kata pengganti yang tepat. Ane orang minang, masa kecil di Jambi & Jakarta, SMA di bandung, kuliah di tangerang, dan dicekokin Bahasa Inggris sejak SD. Makanya kadang2 pake ane, gw, urang, abdi, awak, ambo, saya, aku, i, dll. Seorang blogger senior nyaranin tuk mencari kata pengganti yang tetap. Dan setelah melalui pemikiran yang mendalam dan menghabiskan waktu melamun, ane mendapatkannya.

Lanjutkan membaca “It’s me, AR ^_^”